Bakar Tongkang di Rokan Hilir Mendunia

ROKAN HILIR, www.Newsriau.com– Bagi masyarakat Tionghoa Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, Ritual Bakar Tongkang yang digelar setiap tahunnya jauh lebih sakral dibandingkan dengan perayaan Imlek maupun Cap Goh Meh. Hampir warga Tionghoa kelahiran Bagansiapiapi pulang dari seluruh penjuru, baik dari berbagai kota dalam negeri maupun mancanegara untuk menyaksikan ritual tersebut.
Ritual ini bermula dari legenda perantauan 18 warga Tionghoa dari Fujian, dipimpin Ang Mie Kui, yang menyeberangi lautan dari daratan Tiongkok pada tahun 1820. Saat itu, Fujian tengah dilanda krisis pangan dan dikuasai oleh rezim Siam yang tiran. Mereka mengarungi samudera untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Mereka membawa serta patung Dewa King Ong Ya di atas kapal.
Para perantauan itu sempat kehilangan arah dan nyaris putus harapan sebelum akhirnya melihat cahaya dari daratan, yang akhirnya menjadi tempat tinggal baru mereka dan diberi nama Bagansiapiapi.
Kabarnya mereka lantas membakar kapal yang mereka bawa sebagai bentuk sumpah bahwa mereka akan menetap di Bagansiapiapi. Sejak saat itu, replika perahu atau tongkang yang terbuat dari bambu, kayu, dan kertas dibakar sebagai bentuk syukur.
Tiap tahun Ritual Bakar Tongkang di Bagansiapiapi mayoritas puluhan ribu wisatawan yang datang merupakan warga keturunan Tionghoa asal Bagansiapiapi, yang khusus kembali ke tanah leluhur mereka untuk mengikuti acara tersebut. Ada yang datang dari Singapura, Australia, Taiwan dan Malaysia. Sedangkan wisatawan lokal banyak datang dari Jakarta, Medan, Surabaya, Cirebon, dan daerah-daerah di Provinsi Riau sendiri.
Tokoh masyarakat Tionghoa Bagansiapiapi, Aguan (40), mengatakan sudah menjadi tradisi untuk warga setempat yang merantau untuk kembali ke Bagansiapiapi menghadiri Bakar Tongkang sebagai wujud syukur. Selain itu, ritual ini juga menjadi ajang memperkuat silaturahmi dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka yang bisa berpartisipasi langsung.
“Panggilan hati nurani mereka yang berhasil di perantauan, dan jadi kebanggaan ketika bisa pulang ke kampung halaman,” ujar dia.
Ritual Bakar Tongkang atau Go Gwe Cap Lak merupakan ritual warga Tionghoa Bagansiapiapi dalam mengekspresikan rasa syukur mereka kepada Dewa Laut atau Dewa Kie Ong Ya yang telah memberikan hidup lebih baik. “Orang-orang tua masih percaya, arah tiang tongkang yang jatuh akan menunjukkan rezeki. Kalau tiang jatuh ke laut, maka rezeki banyak di usaha di laut dan kalau ke darat maka sebeliknya rezeki banyak di darat,” katanya.
Tokoh warga Tionghoa lainnya, Badawi (50), mengatakan perputaran uang dalam ritual Bakar Tongkang cukup besar. Contoh paling kecil bisa dilihat dari persiapan ritual dilihat dari ratusan hio (dupa) raksasa, lilin dari ukuran kecil hingga setinggi 1,5 meter, hingga uang kuning untuk sembahyang yang disumbang oleh warga dari berbagai penjuru daerah.
“Semuanya itu disumbangkan oleh warga Bagansiapi-api yang merantau, agar mereka didoakan makin banyak rezeki dan untuk membantu saudara-saudara di Bagansiapi-api,” katanya.
Kamar Hotel Penuh Dibooking Wisatawan
Pemerintah daerah menilai tradisi Bakar Tongkang menjadi potensi pemasukan daerah dari sektor wisata. Acara tahunan itu memicu puluhan hotel baru dibangun di Bagansiapiapi yang terletak di pesisir Utara Riau itu.
“Sekarang ada puluhan hotel baru di daerah ini, berbeda jauh dari sebelumnya yang bisa dihitung dengan jari. Karena itu, sangat minim keluhan wisatawan yang sulit mendapat penginapan pada penyelenggaraan Bakar Tongkang,” kata Panitia Bakar Tongkang Rendi Gunawan alias Koh Peng baru-baru ini.
Dia mengatakan wisatawan domestik dan mancanegara satu bulan menjelang Bakar Tongkang sudah memboking terlebih dahulu bahkan membayar lebih awal. Dirinya malahan menyebutkan bahwa ruko pun menjadi sasaran wisatawan untuk menginap di Bagansiapiapi.
“Iven wisata tahunan ini setiap tahunnya selalu dipadati pengunjung yang jumlahnya mencapai 40-50 ribu wisatawan baik lokal dan luar negeri, seperti Malaysia, Taiwan, Singapura, Thailand dan lainnya. Malahan ada yang dari Jerman, Inggris dan Amerika. Itulah kenyataannya, mereka rela membooking ruko asal bisa ikut menyaksikan Bakar Tongkang,” sebut Rendi.
Ia meyakini, dengan banyaknya wisatawan berkunjung ke Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir laju perekonomian masyarakat dipastikan akan meningkat. “Saya yakin mereka tidak hanya sekadar menyaksikan Bakar Tongkang dan pasti wisatawan itu juga butuh apa yang ada di Bagansiapiapi untuk kepentingannya. Jadi tidak hanya pemilik hotel dan penginapan saja yang diuntungkan, pedagang makanan, oleh-oleh, souvenir dan lainnya juga mendapat berkah rezeki sendiri. Apalagi pedagang peralatan sembahyang pasti omzet mereka meningkat,” tuturnya.
Bakar Tongkang Ajang Promosi Wisata Daerah
Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau sangat mendukung penuh Ritual Bakar Tongkang yang digelar setiap tahunnya itu, karena selain mengembangkan dan mempromosikan potensi wisata daerah yang sangat menjanjikan, namun dengan adanya acara Ritual Bakar Tongkang masyarakat juga dapat memetik hasil seperti pedagang yang nantinya akan berjualan.
“Ritual Bakar Tongkang diyakini akan membawa dampak positif dalam rangka memperkenalkan Rohil ke luar negeri dan juga sebagai ajang balik kampung bagi para perantauan di luar negeri dan tanah air,” kata Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Rohil Surya Arfan.
Bukan hanya itu, dengan adanya acara akbar tersebut masyarakat tempatan juga panen rezeki mulai dari pedagang, tukang becak, maupun hotel.
“Ikan asin dan kacang pukul yang merupakan makanan khas daerah sangat banyak diminati para wisatawan yang datang ke Rohil,” ujar Sekda.
Pemprov Dorong Pariwisata Riau
Gubernur Riau (Gubri) Arsyadjuliandi Rahman menyatakan bahwa Pemprov akan terus mendorong dan memfokuskan diri terhadap pengembangan pariwisata yang ada didaerah itu.
“Pemprov Riau akan selalu mendorong kegiatan-kegiatan yang ada di tengah masyarakat, seperti Iven Wisata Nasional Bakar Tongkang yang setiap tahun diselenggarakan di Kabupaten Rokan Hilir,” kata Arsyadjuliandi Rahman.
Gubri mengatakan, pengembangan pariwisata tentunya harus diimbangi dengan perbaikan infrastruktur yang menjadi akses keluar masuk diwilayah tersebut.
“Saat ini pemprov terus berupaya meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan di 12 kabupaten/kota di Riau. Bahkan kami pun terus mendorong pemerintah pusat agar pembangunan jalan tol Pekanbaru-Dumai, termasuk proyek jalur Kereta Api Trans Sumatera bisa segera terealisasi,” katanya.
Bakar Tongkang Bakal Tampil di TMII
Program Riau Menyapa Dunia yang di-launching benar-benar menjadi senjata promosi menarik wisata di dataran Riau. Satu dari sekian banyak potensi wisata yang sudah ada, tetap bakar tongkang yang menjadi peristiwa wisata yang menarik wisatawan, terutama warga luar negeri keturunan Cina.
Terbukti, dari tahun ketahun pengunjung prosesi upacara bakar tongkang ini selalu bertambah. Itu sebabnya, tradisi bakar tongkang ini tidak hanya menjadi sekedar ritual agama, tapi sudah menjadi ‘pemancing’ wisata.
Bupati Rokan Hilir Suyatno menyebutkan, bahwa Iven Wisata Nasional Ritual Bakar Tongkang di Bagansiapiapi yang digelar setiap tahunnya itu selain mengundang puluhan ribu wisatawan lokal dan mancanegara, namun dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang berjualan.
“Bakar Tongkang sudah sampai kemana-mana, bahkan akan tampil di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada April 2017 mendatang,” kata Suyatno. Dirinya juga mengharapkan kepada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga agar menyiapkan segala sesuatunya menjelang acara berlangsung.
“Bakar Tongkang juga pernah tampil di TMII pada 2007 lalu. Untuk itu kita mengharapkan dukungan dari semua pihak agar pelaksanaannya berjalan sukses dan lancar,” kata Bupati. (Advertorial)
No Responses