Cara menanam bawang merah organik

cara menanam bawang merah organik

Bagian tanaman bawang merah yang diambil adalah umbinya yang merupakan umbi lapis. Umbi dan daunnya dapat dipergunakan untuk bumbu masak atau penyedap masakan. Selain itu, dapat dipergunakan juga sebagai obat tekanan darah tinggi, diabetes, disentri, perut kembung, dan luka karena mengandung cukup gizi, seperti protein, riboflavin, dan dapur.

Bawang merah yang mempunyai bau khas ini juga mempunyai sifat antibakteri sehingga dapat dipergunakan untuk menunda kerusakan daging dengan tidak memberikan efek samping yang merugikan.

Bawang merah ada yang berukuran besar dan berukuran kecil. Bawang merah yang berukuran besar umumnya tidak beranak atau tidak keluar tunas-tunas pada pangkal umbinya, sedangkan bawang merah jenis kecil mempunyai banyak anak. Bawang merah besar mempunyai bau dan rasa yang kalah dibandingkan bawang merah kecil sehingga kurang disukai di Indonesia.

Jenis bawang merah kecil akan dapat berproduksi dengan baik bila ditanam di dataran rendah, sedangkan jenis bawang merah besar lebih sesuai ditanam di dataran tinggi. Menanam bawang merah secara organik itu sebenarnya mudah, asal kita mengetahui syarat tumbuh dan perawatannya.

Pertumbuhan bawang merah akan terganggu bila terlalu banyak hujan atau terlalu kering. Tanah yang gembur, subur, dan cukup bahan organik akan menunjang pertumbuhan tanaman bawang merah.

A. Varietas bawang merah

Di Indonesia, terdapat beberapa varietas bawang merah yang umum ditanam. Penanaman varietas ini biasanya sesuai dengan daerah pengembangannya. Varietas-varietas tersebut adalah sebagai berikut.

1. Bima brebes

Varietas ini tahan terhadap serangan penyakit busuk umbi dan busuk ujung daun. Umur panen sekitar 60 hari. Total produksi 9,9 ton/ha umbi kering. Pertumbuhan tanaman akan optimal bila ditanam di dataran rendah.

2. Sumenep

Umbi bawang merah varietas Sumenep berwarna merah muda atau kuning pucat, ada garis halus memanjang dari pangkal hingga ujung umbi. Umur panen sekitar 70 hari, jumlah produksi 12 ton/ha umbi kering. Tanaman ini cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpi.

3. Ampenan

Bawang merah asal Bali ini berumbi merah muda, tahan terhadap penyakit busuk umbi, mempunyai banyak anak, dan tidak tahan terhadap air yang banyak. Umur panennya 60-70 hari dengan produksi total 10-12 ton/ha umbi kering.

4. Meja cipanan

Bawang merah berasal dari Cipanas, Jawa Barat, ini mempunyai tinggi 34,1 cm, jumlah anakan 6-12 umbi, dan umbi berwarna merah tua. Varietas ini tahan terhadap penyakit busuk ujung daun. Umur panennya 60 hari, jumlah produksi 10,9 t0n/ha umbi kering. Varietas ini baik ditanam di dataran rendah ataupun tinggi.

5. Keling

Varietas ini mempunyai tinggi 36,8 cm dengan warna umbi merah muda. Tanaman ini peka terhadap penyakit busuk ujung daun dan busuk umbi. Panen dapat dilakukan pada umur 70 hari, jumlah produksi 7,4 ton/ha umbi kering. Varietas keling cocok ditanam di dataran rendah.

6. Medan

Bawang merah mempunyai tinggi 34,2 cm dengan umbi berwarna merah, cukup tahan terhadap serangan penyakit busuk umbi, dan peka terhadap serangan penyakit busuk ujung daun. Umur panen sekitar 70 hari, total produksi 7,4 ton/ha umbi kering. Tanaman ini sangat baik ditanam di dataran rendah dan tinggi.

Baca juga : Cara menanam wortel 

B. Syarat tumbuh

Agar pertumbuhannya subur, bawang merah harus ditanam di tempat yang mempunyai syarat tumbuh. Syarat tumbuh yang penting meliputi iklim dan kesuburan tanah.

1. Syarat iklim

Pada umumya, bawang merah tumbuh baik di dataran rendah karena untuk membentuk umbi memerlukan suhu yang tinggi. Suhu yang ideal sekitar 23-32 derajat celcius. Di bawah suhu 23 derajat celcius tanaman bawang merah menghasilkan sedikit umbi, bahkan dapat tidak terbentuk umbi.

Kebutuhan sinar matahari untuk pertumbuhan bawang merah 100%, artinya tanaman tidak terlindungi. Penyiaran yang semakin lama akan semakin baik untuk pertumbuhan. Maksudnya, lama penyinaran 15 jam lebih baik bila dibanding dengan lama penyiraman yang hanya 10 jam.

Waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Penanaman pada musim hujan dikhawatirkan tanah akan tergenang sehingga umbi busuk dan tanaman mudah terserang penyakit.

2. Syarat tanah

Tanah yang sesuai untuk tanaman bawang merah adalah tanah lempung berpasir, geluh (loam) berpasir, remah, tidak mudah tergenang air, gembur, subur. Derajat keasaman tanah yang baik sekitar pH 6,0-7,0. Bila pH tanah kurang dari 6,0, perlu dilakukan pengapuran untuk menaikkan pH. Bila pH terlalu tinggi, perlu dilakukan pengasaman dengan memberikan pupuk kandang yang cukup dan ditabur tepung belerang atau kieserit (MgSO4.H20).

C. Cara bertanam bawang merah secara organik

Penanaman bawang merah secara organik dapat dilakukan secara monokultur maupun polikultur. Tahapan budi daya kedua cara tersebut tidak berbeda. Hanya saja, pada penanaman secara pilikultur, tanaman bawang merah ditanam bersama dengan tanaman lainnya, misalnya kacang tanah, ubi jalar, dan cabai.

1. Pengolahan tanah dan pembuatan bedengan

Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dicangkul terlebih dahulu agar strukturnya menjadi remah dan gembur. Pada tanah kering, bedengan dibuat dengan tinggi sekitar 20-30 cm, sedangkan pada tanah sawah, tinggi bedengan dibuat 50-60 cm. Lebar bedengan dibuat 90-120 dan panjang 10-15 m. Jarak antarbedeng sekitar 40 cm atau disesuaikan dengan keadaan tanah. Apabila lahannya miring, bedengan dibuat tegak lurus dengan kemiringan lahan untuk mengurangi erosi.

Di atas bedengan kemudian ditabur dan dicampur secaa merata dengan pupuk kandang 20-30 ton/ha. Apabila memungkinkan, bedengan yang telah diberi pupuk kandang disiram dengan air limbah ternak atau air septic tank untuk menambah unsur N, S, dan P.

2. Cara dan waktu penyiraman

Penanaman yang baik dilakukan pada waktu akhir musim hujan. Apabila keadaan tanahnya memungkinkan, ada petani yang menanam bawang merah sepanjang tahun. Akan tetapi, sebaiknya diadakan rotasi tanaman untuk mencegah terjadinya hama dan penyakit.

Sebelum dilakukan penanaman, tanah disiram dahulu untuk meudahkan penanaman. Jarak tanam yang digunakan 15-20 cm x 15-20 cm. Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan ditugal.

Bibit bawang merah dipilih yang sehat, bebas hama dan penyakit, keras, serta kering. Sebaiknya bibit tersebut telah disimpan minimal 6 minggu sesudah panen. Ujung umbi sebelum ditanam dipotong sekitar 1/5 panjang umbi untuk mempercepat pertumbuhan dengan pisau yang tajam dan bersih.

Umbi yang telah dipotong lalu ditanam dalam lubang tanam, kemudian tanah di kiri dan kanannya ditekan supaya tidak bergerak. Umbi bekas potongan tidak perlu ditutup dengan tanah. Namun, kalau perlu ditutup tipis-tipis dengan abu bakar atau tepung belerang untuk menghindari penyakit atau hama tungau serta menambah unsur kalium dan belerang.

3. Cara pemeliharaan

Tanaman perlu diperhatikan setiap hari atau secara rutin agar bila ada tanaman yang sakit atau terserang hama dapat langsung ditangani. Beberapa perawatan yang dilakukan sebagai berikut:
  • Bawang merah yang ditumpangsarikan dengan ubi jalar dan cabai perlu disiram agar tidak kekeringan.
  • Pada saat musim kemarau, penyiraman dilakukan 2 hari sekali atau setiap hari bila udara terlalu panas. Penyiraman dilakukan hingga menjelang panan.
  • Apila ada tanaman yang mati, segera disulam.
  • Bila padat, tanah segera digemburkan secara hati-hati agar tidak merusak akar.
  • Pupuk susulan berupa pupuk kandang diberikan sekitar 4 minggu setelah tanam dengan dosis 10 ton/ha.
  • Penyiangan dilakukan jika tumbuh gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
  • Apabila ada hama dan penyakit segera ditanggulangi dengan cara mekanis atau disemprot dengan fungisida alami.
  • Bunga yang muncul sebaiknya dipotong supaya unsur hara digunakan untuk pembentukan anakan dan pembesaran umbi.
  • Bila umbi sudah kelihatan, penyiraman mulai dikurangi. Beberapa hari menjelang panen, tanaman tidak perlu disiram.
Baca juga : Cara menanam terong

4. Cara pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit merupakan kegiatan yang penting karena dalam sistem organik tidak dibolehkan memakai pestisida kimia.

a. Nematoda umbi

Difylenchus dipsaci (Khun) Filipjen merupakan nematoda yang menyerang umbi bawang merah, bawang putih, dan bawang bombay. Serangan nematoda ini ditandai dengan gejala daun bawang menjadi pucat, lemah (terkulai), ujung mati, dan berpilin. 

Serangan pada saat umbi mulai membesar, umbi menjadi lunak dan bertepung. Serangan dalam penyimpanan menyebabkan umbi menjadi ringan dan agak gembung. Jika dilingkungan kurang mendukung, nematoda akan dorman (istirahat) dalam waktu yang lama di dalam tanah atau tanaman yang telah mati. 

Serangan Nematoda dapat dicegah dan dikendalikan dengan beberapa cara berikut ini:

  1. Tanaman umbi atau biji yang sehat dan bebas nematoda.
  2. Pilihlah lokasi tanah yang sehat dan belum pernah terserang nematoda umbi atau batang.
  3. Tanamlah kenikir sebelum menanam bawang merah. Setelah berbunga, kenikir dicabut dan dipotong kecil, lalu dipendam secara merata. Kenikir dapat mengeluarkan tiophen yang dapat mematikan nematoda.
  4. Lakukan rotasi tanaman.
b.Penyakit pucuk daun 

Penyakit pucuk daun disebabkan oleh Phytophthora porri Foister. Serangan penyakit ini ditandai dengan permukaan ujung daun yang kelihatan basah, kemudian akan mengering dan warna menjadi kuning kecoklatan, lalu menjadi putih. Jika udara lembab, akan terbentuk massa jamur seperti beludru. massa jamur semakin lama akan menyebar sehingga daun mati berwarna putih dan akhirnya tanaman mati.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  1. Menanam pada saat tidak banyak hujan.
  2. Pucuk daun yang terserang segera dipotong dan dibakar.
  3. Tangan yang memeang tanaman yang sakit jangan memegang tanaman sehar agar tidak tertular.
  4. dilakukan rotasi tanaman.
c. Penyakit embun bulu

Penyebab penyakit embun bulu adalah jamur Peronospora destructor (Berk) Casp. Penyakit ini juga disebut busuk daun, bulu halus, embun tepung, tepung palsu, downy mildew, atau falsemildew. Bila banyak embun dan udara berkabut atau banyak hujan, penyakit ini semakin berkembang. 

Penyakit embun bulu diawali dengan terlihatnya bulu-bulu halus berwarna unggu yang menutupi permukaan daun. Bagian daun yang sakit akan berwarna hijau pucat, lalu berubah kuning.

Serangan yang hebat  dapat merobohkan tanaman. Umbi yang terinfeksi menjadi lunak dan mengerut serta lapisan luarnya berwarna kecokelatan. Upaya pengendalian penyakit embun bulu yang dapat dilakukan sebagai berikut:

  1. Jangan menanam bawang merah di daerah yang banyak hujan, kabur, dan embun.
  2. Bibit yang digunakan harus sehat dan telah dipanasi dengan suhu 41 derajat celcius selama 4 jam.
  3. Tanaman ditanam dengan barisan disesuaikan arah berhembusan angin.
  4. Apabila telah terserang, daun dipotong, lalu dikumpulkan dan dibakar. Apabila umbi telah terinfeksi, tanaman dicabut dan dibakar.
  5. Saluran drainase harus dibuat dan dirawat dengan baik.
  6. Lakukan rotasi tanaman.
e. Ulat grayak

Ulat grayak (armyworm) termasuk ulat pemakan segala macam tanaman (polyhage). Warna ulat yang masih muda hijau rumput, setelah tua berwarna hijau atau cokelat tua dengan garis kekuningan. Panjang ulat sekitar 25 mm. 

Biasanya ulat masuk ke dalam daun, kemudian memakan dagingnya sehingga daun kelihatan ada bercak putih panjang (seperti membran). Serangan yang hebat dapat menyebabkan tanaman layu dan akhirnya mati.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengatasi serangan ulat grayak sebagai berikut.

  1. Secara mekanis, pada malam hari dilakukan penangkapan ulat dan telurnya. Kemudian, ulat dan telur dimatikan.
  2. Dilakukan rotasi tanaman.
  3. Jika ditanam di sawah, lahan perlu digenangi selama 24 jam agar pupa mati.
  4. Lingkungan kebun perlu dibersihkan dari gulma.
  5. Tanaman yang terserang tirp disemprot dengan insektisida alami.
  6. Penyakit bercak hitam-hijau (Antraknosa).
Penyakit antraknosa disebabkan oleh jamur Colletotrichum circinans (Berk) Vogl. Ada yang  mengatakan jamur tersebut mungkin sama dengan Colletorichum gloeosporiodes Penz. Penyakit akan berkembang dengan cepat bila banyak hujan dan suhu tanah 10-32 derajat celcius (suhu optimum 26 derajat celcius).

Sprora yang melekat pada lapisan umbi yang terserang antraknosa akan terlihat bercak melingkar, berwarna hijau dan hitam. Umbi yang sakit akan mengerut dalam penyimpanan. Umbi yang berwarna lebih tua lebih tanah terhadap antraknosa karena kemungkinan adanya antibiotik yang dikandungnya. Kulit (sisik) bawang merah yang kering dapat menahan serangan penyakit ini.

Cara pengendalian penyakit antraknosa yang dapat dilakukan sebagai berikut:

  1. Bibit yang ditanam sebaiknya dipilih yang berwarna merah tua dan sisik kering bagian luar jaringan dihilangkan. Bila kelembapan tinggi, dipilih bibit yang baunya agak lebih keras.
  2. Tanaman sakit sebaiknya dikumpulkan dan dibakar.
  3. Bila keadaannya basah, hasil panennya harus segera dikeringkan dengan udara kering sampai 48 derajat celcius, kemudian disimpan dalam suhu 0 derajat celcius, kelembapan nisbi 65%, dan dengan ventilasi yang baik.
  4. Sebaiknya lakukan rotasi tanaman.

g. Busuk leher

Penyakit busuk leher disebabkan oleh Botrytis allii Munn. Gejala serangannya berupa leher umbi melunak, daging seperti dibasahi air dan kelihatan jelas batas antara bagian yang sehat dan sakit. Jamur terlihat berwarna keabuan pada permukaan umbi lapis. 

Jamur ini akan berkembang terus sehingga seluruh umbi busuk, lalu umbi mengering sehingga seperti "mumi". Penyakit ini akan menyebar bila keadaannya lembap. Penyebab busuk leher dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut:

  1. Tanaman bibit yang sehat dan berwarna merah tua.
  2. Umbi yang sakit sebaiknya dikumpulkan dan dibakar.
  3. Setelah dipanen, umbi dipanasi dengan suhu lebih kurang 40 derajat celcius selama 7-10 hari.

5. Cara panen bawang merah

Bawang merah hendaknya dipanen pada saat setelah cukup tua. Pada saat itu, umbi telah padat keras, tidak mudah busuk, dan tahan lama dalam penyimpanan. Bila dipanen terlalu muda, umbi akan cepat keriput bila dikeringkan, mudah lunak, dan cepat membusuk serta keropos. 

Bila dipanen terlalu tua atau daun terlalu kering, umbi dapat tertinggal dalam tanah karena pada waktu daun dicabut, umbi terputus. Sebagai tanda bahwa tanaman bawang merah telah siap panen sebagai berikut:

  • Umur panen bawang merah ditentukan varietas dan ketinggian tempat.
  • Sekitar 80-90%, daun telah menguning, terkulai, dan leher umbi lemas. Bila daun menguning sebelum waktunya, berarti tanaman tersebut terserang penyakit. Panen yang dilakukan sebelum cukup umur, umbi akan menjadi lunak bila kering.
  • Umbi sebagian besar kelihatan di permukaan tanah. Umbi terlihat padat, berisi, warna lebih tua dan mengkilap.

6. Penanganan pascapanen

Setelah dipanen, umbi dibersihkan dari tanah. Umbi yang sakit atau busuk perlu dipisahkan agar tidak menular ke umbi yang sehat. Umbi beserta daunnya diikat kira-kira satu genggam. Bawang merah kemudian dikeringkan untuk mencegah terjadinya serangan penyakit atau hama di penyimpanan. 

Pengeringan tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  • Di atas tanah diberi alas plastik, anyaman bambu, atau tikar agar umbi tidak langsung terkena tanah.
  • Setiap 50-100 cm ditancapkan bambu yang kemudian di lengkungkan hingga membentuk rangka sungkup. Bambu ini berguna sebagai rangka penahan plastik yang disungkupkan di atas bawang merah pada saat malam hari. Tujuannya agar umbi tidak terkena hujan atau embun.
  • Umbi yang telah diikat diletakkan di atas alas. 
  • Penjemuran perlu dibolak-balik supaya keringnya merata.
Jika dalam keadaan hujan, pengeringan dapat dilakukan dengan cara diangin-anginkan di tempat yang teduh. Dengan cara ini, proses pengeringan akan memakan waktu yang lebih lama. 

Pengeringan dianggap selesai bila kandungan air dalam umbi sekitar 85%. Sebagai tandanya yaitu kulit luar umbi telah kelihatan kering dan mengilat serta terdengar suara gemerisik bila digesekan satu sama lain. Setelah kering, umbi dimasukkan ke dalam kantong plastik atau keranjang, lalu dibawa ke gudang penyimpanan.


Sumber : Singgih Sastradiharja

No comments for "Cara menanam bawang merah organik"