Manfaat daun pisang untuk ternak

Manfaat daun pisang untuk ternak dalam usaha penggemukan itik, hambatan utama adalah besarnya biaya produksi. Hal itu dipengaruhi oleh biaya makanan yang tinggi. Seperti kita ketahui, makanan ternak itik itu sangat bersaing dengan makanan manusia dan hewan lain. Di samping itu, jumlahnya semakin menyempit juga harganya mahal apabila dibandingkan dengan harga jual itiknya.

Untuk mengatasi hal itu, diupayakan agar dapat memanfaatkan bahan yang tadinya tidak terpakai, menjadi bahan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi sehingga dapat mengatasi masalah itu.

Dalam memanfaatkan bahan yang tidak terpakai dalam usaha penggemukan itik,pilihan jatuh pada ulat daun pisang. Seperti kita ketahui, ulat daun pisang selain bahan tidak terpakai juga merupakan hama bagi tanaman pisang. 

Pemanfaatan ulat daun pisang akan menguntungkan karenada dapat memberantas hama tanaman pisang, memanfaatkan bahan yang tidak terpakai, menjadikan ternak itik tumbuh gemuk dan sehat.

Biasanya ternak itik yang sering dipelihara dalam jumlah yang banyak adalah itik betina. Itik jantan hanya sebagai pejantan, yang dipelihara 2-3 ekor saja. Walaupun begitu, peternak berusaha memanfaatkan itik jantan yang berharga murah dan jarang dipelihara dalam jumlah yang banyak untuk digemukkan sebagai pemenuhan gizi masyarakat.

Kenyataannya ternak itik jantan juga dapat menghasilkan. Walaupun bukan dalam bentuk telur, hasilnya adalah daging yang dewasa ini banyak disukai oleh masyarakat, baik dari kota maupun dari desa. Bahkan, bagi masyarakat hindu itik merupakan bahan sesaji dalam ibadah mereka.

Hal-hal yang mendorong untuk mengembangkan ternak itik jantan :
  • dapat memberikan gizi bagi kita.
  • dapat mengurangi pemotongan itik betina.
  • dapat memanfaatkan daging yang kurang disukai menjadi hal yang disukai oleh masyarakat.

Tujuan pemberian ulat daun pisang

Selama ini sumbang daging itik untuk memenuhi gizi masyarakat sangat kecil. Hal itu karena pemeliharaan itik yang tidak teratur dan pemberian makanan tidak sempurna. Padahal, daging itik sekarang mulai disukai oleh masyarakat, baik di kota maupun di desa, seperti goreng itik dan bebek asap.

Apabila kita lihat sekarang ini ternyata, perkembangan ternak itik tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Jumlah ternak akan banyak pada musim panen dan sedikit pada musim paceklik. Hal itu terjadi karena petani-ternak dalam memelihara itiknya hanya mengandalkan makanan dari sisa-sisa panen padi dan binatang-binatang yang hidup di sawah, seperti belalang, siput, dan ikan.

Cara beternak itik seperti di atas banyak kerugiannya sehingga ternak banyak yang mati. Ternyata setelah diteliti bahwa itik yang mati disebabkan oleh makanan yang tercampur insektisida (obat pemberantas hama padi). 

Selain itu, sering terjadi pertengkaran antara si peternak dan si pemilik sawah karena banyak pematang yang rusak. Dengan dilaksanakannya sistem pola tanam yang semakin padat dengan penerapan pola paket D atau supra insus, kesempatan itik untuk digembalakan di sawah semakin berkurang. Hal itu terjadi karena bahaya pestisida semakin banyak.

Itik yang terkena racun akan mengalami gangguan kesehatan. Misalnya kerusakan sel saraf. Gejalanya adalah itik akan muntah-muntah, kejang, lumpuh, dan akhirnya akan mati. Dari latar belakang tersebut, peternak itik banyak yang mengubah cara pemeliharaannya dari pola ekstensif (berpindah-pindah) ke pola intensif (terkurung).

Perpindahan itu akan memberikan harapan yang cerah untuk masa yang akan datang. Program penggemukan itik jantan telah banyak dilakukan oleh peternak. Namun, program tersebut banyak mengalami kerugian. Hal itu disebabkan oleh biaya produksi yang tinggi untuk pembelian pakan.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, jalan keluarnya pemberian ulat daun pisang sebagai bahan makanan bermutu tinggi karena jumlah ulat daun pisang di mana-mana banyak tersedia. Cara itu cocok sekali untuk penggemukan itik, terutama itik jantan yang harga bibitnya tidak mahal. 


Bentuk ulat daun pisang

jenis ulat daun pisang


Bentuk ulat daun pisang sepeti ulat yang lain, yakni berwarna hijau. Di kulitnya tampak seperti tepung berwarna putih. Di kulitnya tampak seperti tepung berwarna putih. Kulitnya tipis sekali dan kepalanya hitam, tetapi keras. Ukuran panjangnya lebih kurang 3 cm dan besarnya lebih kurang seperti puntung rokok.


Tempat ulat daun pisang

Seperti sering kita ketahui di kebun-kebun, daun pohon pisang banyak yang habis dan tergulung. Hal itu terjadi karena dimakan ulat daun pisang. Pada umumnya yang banyak terserang oleh ulat itu adalah daun yang masih muda. Akan tetapi, tidak jarang juga yang terserang itu daun tua.


Cara pencarian ulat daun pisang

Daun pisang yang biasa terserang oleh ulatnya adalah daun yang terdapat di kebun yang kurang mendapat sinar matahari. Serangan ulat itu dapat juga terjadi pada tanaman pisang yang berada di bawah kebun tanaman keras yang lain.

Ulat tersebut sering tersembunyi pada daun pisang yang rindang. Jadi, dalam mencari ulat itu peternak harus teliti sehinga tidak sukar untuk menemukannya. Setelah tahu di mana tempat ulat itu berada, peternak mengambilnya.

Pengambilan dilakukan dengan jalan mengait daun pisang yang tergulung oleh ulat dengan kayu atau bambu. Setelah didapatkan gulungan tersebut, gulungan itu dibuka satu per satu sehingga kita dapatkan ulat tersebu.


Kandungan gizi ulat daun pisang

Nilai gizi ulat daun pisang ternyata tidak kalah dengan nilai gizi bahan makanan lainnya. Ulat itu bila diberikan pada ternak itik dapat memberikan pertumbuhan yang cukup. Hal itu mengingat bahwa ulat daun pisang mengandung protein yang tinggi sehingga untuk proses pertumbuhan sangat diperlukan.

Seperti diketahui protein yang cukup tinggi didapatkan dalam tepung ikan, tepung darah, dan bahan makanan lain. Namun, harga bahan-bahan tersebut cukup mahal sehingga biaya pakan untuk pemeliharaan ternak itik terlalu mahal.

Adanya ulat daun pisang yang mempunyai protein yang tinggi itu dapat menggantikan biaya pembelian bahan yang tinggi itu. Hanya dengan harga serendah mungkin telah didapatkan kebutuhan protein yang cukup pada pakan ternak itik yang dipelihara.

Apabila dibandingkan biaya pakan dengan menggunakan tepung ikan, tepung darah, atau bahan yang lainnya dengan biaya pakan yang memakai ulat daun pisang, perbedaanya jauh sekali.


Cara pemberian ulat daun pisang pada itik

Setelah didapatkan, ulat daun pisang dalam jumlah yang kita inginkan perlu diberikan pada ternak. Cara pemberiannya bermacam-macam, diberikan secara segar, diberikan dalam bentuk yang sudah diolah.

Yang dimaksud dengan pemberian secara segar adalah bahwa ulat daun pisang, setelah kita dapatkan, langsung dipotong-potong, lalu diberikan pada ternak. Keuntungan cara itu adalah protein atau nilai gizi yang terkandung dalam ulat tersebut tidak ada yang terbuang. Namun, ulat itu tidak dapat tersimpan lama.

Pemberian dalam bentuk olahan di sini adalah bahwa ulat sudah diolah dalam bentuk tepung atau dalam bentuk kristal kering. Keuntungan cara itu adalah bahwa tahan lama apabila kita ingin memberikan pada waktu itu. Namun, kerugiannya adalah protein atau zat-zat gizi yang lain banyak terbuang pada waktu proses pembuatannya.

Selain cara-cara di atas, pemberian dapat juga dilakukan dengan mencampurkan ke dalam makanan ternak atau menyusun ransum dengan menggunakan ulat daun pisang yang sudah kering. 

Persentase pemberian pada ternak dapat di samakan dengan persentase pemberian tepung ikan pada ransum, yaitu kira-kira 25-50% dari jumlah ransum atau pakan.

Jenis bahan

Penggunaan maksimum

Fase anak 0-4 minggu (%)

Fase Remaja 5 minggu dst (%)

Jagung kuning dedak/bekatul ulat daun pisang

60

10

30

40

40

20

Jumlah

100

100

Kandungan protein

20,9

15,6


Cara pengolahan ulat daun pisang menjadi makanan siap

Pengolahan ulat pisang menjadi makanan siap terbagi dua, yaitu dengan cara pengeringan dan cara penggilingan. Cara pengeringan adalah pengolahan untuk membuat pakan dalam bentuk kristal. Caranya adalah ulat yang dipotong-potong langsung saja dijemur.

Setelah kering, ulat siap diberikan pada ternak atau disimpan dahulu. Sementara itu, cara penggilingan adalah ulat kering dijemur, lalu digiling dengan penggilingan tepung sampai halus. Setelah halus, tepung di berikan pada ternak atau disimpan dahulu untuk beberapa waktu.


Perkembangbiakan ulat daun pisang

Sebelum memulai perkembangan ulat daun pisang, kita ketahui dahulu apa itu ulat daun pisang. Ulat daun pisang merupakan larva atau bakal kehidupan kupu-kupu. Asal mula kehidupan ulat ini adalah dari kupu-kupu dewasa betina yang bertelur. Telur itu menjadi larva, kemudian menjadi pupa. Kemudian, ulat itu menjadi kupu-kupu dewasa kembali.

Kupu-kupu betina dapat bertelur banyak di tempat yang sejuk dan nyaman. Tempat yang paling cocok untuk pertumbuhan makhluk hidup itu adalah daun pisang. Itu sebabnya daun pisang yang ada ulatnya terdapat pada tempat yang sejuk atau terlindung. Hanya untuk membiakkan ulat daun pisang ini, sampai saat ini belum ada yang mencobanya.


Penggemukan itik jantan dengan ulat daun pisang

Penggemukan itik jantan dengan ulat daun pisang dapat dilakukan dengan cara pemilihan bibit yang baik, pemberian pakan yang baik, dan sistem pemeliharaan secara teratur (intensif). Tujuan penggemukan adalah untuk diambil daginggnya dan bukan telurnya. 

Oleh karena itu, yang diperlukan adalah itik yang jantan, bukan yang betina. Selain itik jantan tidak mengganggu produksi telur, pertumbuhan itik jantan cepat bila dibandingkan dengan itik betina.

1. Penyiapan telur tetas

Apabila kita ingin membuat bibit sendiri, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
  • meyiapkan telur tetas.
  • seleksi intuk dan telur bibit.
  • menetaskan telur tetas.
a. Penyiapan telur tetas

Kalau kita ingin memelihara itik, usaha itu harus dimulai dari penyiapan bibitnya. Hal itu merupakan keputusan yang sangat tepat sekali. Cara demikian akan lebih menguntungkan dari pada membeli bibit dari orang lain. Selain harganya lebih murah, kesehatan dan mutu bibitnya pun dapat terjamin.

Langkah pertama untuk membuat bibit sendiri adalah mendapatkkan telur tetas yang benar-benar baik. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan telur tetas? yang dimaksud dengan telur tetas adalah telur yang berasal dari induk itik yang sudah dibuahi oleh itik jantan. 

Ini berarti sewaktu akan bertelur, itik sudah kawin dengan itik jantan. Berbeda dengan telur komsumsi. Telur itu berasal dari induk itik yang tidak kawin terlebih dahulu. Telur yang seperti itu tidak akan menetas apabila kita tetaskan.

Pembelian telur tetas, jika kita hendak mendapatkan telur tetas dengan membeli maka kita harus membelinya pada pemelihara itik yang memiliki sistem pengembalaan atau sistem pemeliharaan di kolam yang disertai dengan pejantan.

Kita juga dapat membelinya di pasar asal kita pandai memilih telur dari penggembalaan. Ciri-cirinya, telur itu relatif sangat kotor. Namun, daya tetas telur itik itu sudah menurun atau rendah.

b. Seleksi induk dan telur bibit

Seperti telah disinggung sebelumnya, bibit yang akan ditetaskan tidak diperoleh dari sembarang telur biasa. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Pertama, yang harus diperhatikan adalah telur yang berasal dari intuk yang baru pertamakali bertelur tidak dapat ditetaskan atau dijadikan sebagai bibit.

Begitu pula dengan telur tetas yang berasal dari induk yang sudah tua. Alasannya, apabila telur diambil dari induk yang masih muda, anak itik hasil tetasannya akan lemah dan bulunya jarang. Anak itik seperti ini dikhawatirkan rawan terhadap penyakit karena daya tubuhnya kurang kuat. Sebaliknya, karena daya tubuhnya kurang kuat.

Sebaliknya, jika telur tetas diperoleh dari induk yang sudah tua, anak itik akan kecil-kecil dan pertumbuhannya lambat. Sebaliknya, telur tetas berasal dari induk yang berumur 1-2 tahun. Bentuk telurnya normal dan beratnya sekitar 65 gram.

c. Penetasan telur tetas

Setelah telur tetas siap diseleksi dan jumlahnya telah cukup seperti yang kita inginkan maka siapkanlah untuk menetaskannya. Untuk menetaskannya, ada dua cara, yaitu dengan induk ayam atau entok dan dengan mesin tetas.

Hasil penetasan dengan induk ayam cukup bagus karena telur dapat menetas 80-90%. Namun, jumlahnya tidak terbatas. Penetasan dengan mesin tetas sederhana juga cukup bagus karena dapat menetaskan dalam jumlah banyak dan daya tetasnya pun lebih kurang 80%.

1. Penetasan degan induk ayam

Telur yang sudah kita dapatkan dan kita seleksi disediakan sarang pengeraman. Setelah itu, susunlah telur pada sarang tersebut sebanyak 10-15 butir untuk satu induk. Kemudian, cari ayam atau entok yang siap untuk mengeram. Entok dapat mengerami sampai tiga kali mengeram,

Setelah 24 jam dierami, telur diperiksa dengan alat yang sering disebut teropong telur. Telur yang benihnya tidak berkembang disingkirkan dan masih dapat dimanfaatkan sebagai telur konsumsi. Telur yang benihnya terlihat hidup dan menunjukan perkembangannya kembali diletakkan dalam sarangnya. Telur akan menetas sempurna sampai 28 hari.

2. Penetasan dengan mesin tetas

Penetasan dengan mesin tetas sangat sederhana. Caranya mudah. Mesin tetas semacam itu dapat dipesan di toko-toko atau dengan membuat sendiri. Dengan memakai lampu bawah, alat tetas itu dapat menahan panas dan kelembapan, sehingga dapat menetaskan telur.

Ada juga mesin tetas yang sudah jadi dengan sumber pemanas lampu minyak yang terletak di samping. Ada juga sumber pemanas yang menggunakan listrik sekaligus menggunakan lampu minyak.

Mesin tetas seperti juga sumber pemanas yang menggunakan listrik sekaligus menggunakan lampu minyak. Mesin tetas seperti itu dapat dipakai apabila ada listrik. Kelebihan menggunakan listrik. Karena mesin tetas tidak mudah kotor, dan kita tidak perlu mengisi minyak terus menerus dan suhunya stabil. Kelebihan yang lain apabila listrik mati, pemanas dapat diganti dengan lampu minyak yang tinggal menghidupkan saja.

Menjalankan mesin tetas

Setelah mesin tetas siap dipakai dan telur telah tersedia, kita pun tidak boleh gegabah. Sebelum telur dimasukkan ke dalam mesin tetas, telur terlebih dahulu dibersihkan dengan jalan mengusap atau menggosokkan dan kain lap pelan-pelan.

Pengelapan pertama dilakukan dengan lap basah. Setelah betul-betul bersih, telur dilap dengan lap kering. Telur segera disusun dalam rak mesin tetas. Setelah semuanya tersusun, mesin tetas dihidupkan. Jika suhunya telah mencapai 38 derajat celcius, telur dimasukkan ke dalam mesin.

Kegiatan kita selanjutnya adalah membalikkan telur kurang lebih 8 kali sehari semalam. Pembalikan terakhir dilakukan pada hari ke 26 penetasan. Peneropongan dilakukan setelah 24 jam. Pada hari ke 13,18, dan ke 23 sampai dengan ke 24 dilakukan peneropongan terakhir. 

Kegiatan yang terakhir yakni pada hari ke 27, mencari telur-telur yang perlu bantuan dalam penetasan. Pada hari ke 28 telur siap menetas. Kelembaban dalam mesin tetas hari pertama kira-kira 70% dan hari-hari selanjutnya 60%.

2. Pemberian pakan itik

Untuk pemeliharaan secara menetap atau intensif, makanan apa yang harus kita perhatikan. Kalau kita ingin agar itik cepat besar dan gemuk, hendaknya makanan yang diberikan jumlahnya cukup, dan kandungan gizinya pun cukup.

Untuk memenuhi kandungan gizi yang cukup itu apabila hanya membeli makanan dari pasar harganya relatif tinggi. Untuk itu, pemberian ulat daun pisang ke dalam makanan ternak itik jantan menjadi pilihan.

Sebelumnya, telah disinggung mengenai pemberian ulat daun pisang untuk penggemukan itik jantan. Namun, pemberian dalam bentuk ransum atau makanan yang cukup disediakan dalam waktu 24 jam perlu diperhatikan.

Pertama-tama, makanan kita campur terlebih dahulu dengan dedak, jagung, dan ulat daun pisang dengan perbandingan terlihat pada 1. Kebutuhan ransum itik didasarkan atas umurnya. Untuk kebutuhan tersebut, mari kita lihat ransum itik berikut ini.

  • Umur 1 minggu, berat ransum 8 gram, keperluan protein 24 %.
  • Umur 2 minggu, berat ransum 15 gram, keperluan protein 24 %.
  • Umur 3 minggu, berat ransum 25 gram, keperluan protein 20 %.
  • Umur 4 minggu, berat ransum 35 gram, keperluan protein 20 %.
  • Umur 5 minggu, berat ransum 40 gram, keperluan protein 16 %.
  • Umur 6 minggu, berat ransum 50 gram, keperluan protein 16 %.
  • Umur 7 minggu, berat ransum 60 gram, keperluan protein 16 %.
  • Umur 8 minggu, berat ransum 70 gram, keperluan protein 18 %.
  • umur 9 minggu, berat ransum 80 gram, keperluan protein 18 %.
  • Umur 10 minggu, berat ransum 90 gram, keperluan protein 18 %.
  • Umur 11 minggu, berat ransum 100 gram, keperluan protein 18 %.
  • Umur 12 minggu, berat ransum 110 gram, keperluan protein 18 %.
  • Umur 3-4 bulan, berat ransum 130 gram, keperluan protein 18 %.
  • Umur 4-5 bulan, berat ransum 150 gram, keperluan protein 21 %.
  • Umur 4 bl ke atas, berat ransum 175 gram, keperluan protein 18 %.
Pemberian pakan ternak itik sangat sederhana. Pakan diberikan pada tempatnya dengan jumlah sesuai dengan jatah secara terus-menerus. Pakan dicampur dengan ulat daun pisang, baik dalam bentuk segar, bentuk tepung atau bentuk kristal, lalu dibasahi supaya mudah dimakan oleh ternak itik.

Makanan yang diberikan harus benar-benar memenuhi kebutuhan akan zat gizi ternak. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mari kita lihat syarat penyusunan ransum sebagai berikut.
  • Ransum memenuhi semua zat yang dibutuhkan.
  • Ransum mengandung protein, sesuai dengan umur yang kita inginkan.
  • Kadar lemak tidak terlalu tinggi lebih kurang 7%.
  • Serat kasar kurang dari 6%.
  • Ransum mengandung mineral yang cukup.
  • Ransum mengandung vitamin terutama vitamin A, B, dan D.
  • Metabolisme energi cukup.
  • Ransum harus ekonomis.
  • Bahan tersedia cukup.
  • Bahan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.
Andaikan kita ingin menyusun ransum ternak itik sebanyak 100 kg dengan protein 20% bahan baku utama adalah dedak karena kadar protein dedak 11%. Batasan penggunaan dedak dalam ransum 40% berarti telah tersumbang protein dari dedak 11% x 40/100 = 4,4%.

Kita harus menambahkan 60% atau 60 kg lag untuk mencapai 100 kg dengan kandungan protein 20%. Kekurangan protein yaitu 20-4,4%=15,6%. Kita tinggal menentukan bahan pakan apa yang harus kita susun. 

Misalnya, dengan menggunakan ulat daun pisang dengan kadar protein 50% dan banyaknya 30% serta jagung kuning 8% banyaknya 30%. dengan demikian, kadar protein bahan tambahan tersebut adalah 15,6/60 x 100 = 26%.

Jadi, perhitungannya sebagai berikut. Pakan yang kita buat adalah 24/42 x 60 kg =34,5 kg. atau dibulatkan menjadi 34 kg. Sementara itu, tepung ikan adalah 18/42 x 60 kg = 25, 7 kg atau dibulatkan menjadi 26 kg. 

Sementara dapat kita susun ransum ternak itik, yaitu :
  • dedak 40 kg.
  • jagung 34 kg
  • ulat daun pisang 26 kg.
  • jumlah total 100 kg.

3. Pemeliharaan itik

Setelah biaya makanan yang cukup tinggi dapat diatasi dengan memberikan ulat daun pisang ternak itik maka untuk sistem pemeliharaannya digunakan sistem menetap (intensif). Jadi, semua kebutuhan ternak tersebut kita cukupi. Sistem pemeliharaan ternak itik itu dibagi mendadi dua tahap, yaitu :
  • tahap pemeliharaan anak.
  • tahap pemeliharaan itik remaja.
a. Pemeliharaan anak itik

Anak itik umur 1 hari bisa disebut meri. Meri yang baru menetas itu, baik yang dari mesin tetas maupun dari induk ayam atau entok, harus dipuasakan selama tiga hari. Demikian pula dengan air minumnya.

Anak itik cukup ditaruh dalam kandang yang beralaskan anyaman bambu. Apabila kandang terlalu luas, hendaknya diberi sekat agar meri tidak banyak bergerak ke sana kemari. 

Dalam perawatanya ada satu hal yang berbeda dengan perawatan anak ayam ras. Meri sama sekali tidak membutuhkan induk atau induk buatan. Jadi, ternak itik itu cukup kita jaga agar jangan terlalu banyak terkena tiupan angin secara langsung.

Pada hari pertama yang dapat dilakukan adalah menentukan jenis kelamin. Pemisahan anak itik itu dapat dilakukan berdasarkan jenis kelaminnya. Meri jantan disiapkan untuk penggemukan dan yang betina sebagai petelur.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam penentuan jenis kelamin itu. Yang pertama dilakukan melihat bentuk fisiknya. Badan meri jantan selain lebih besar, olesnya (bentuk bulu kepala) lebih panjang dan kasar. Selain itu, warna bulunya cenderung lebih gelap daripada bulu meri betina.

Cara kedua dilakukan dengan memijat pangkal lehernya dekat tembolok. Kalau suara anak itik agak serak, berarti meri itu jantan. Akan tetapi, apabila suaranya nyaring atau melengking, dapat dipastikan bahwa meri itu betina. Cara lain adalah dengan melihat kloakanya. Apabila ada tonjolan, berarti meri itu jantan. Kalu tidak ada tonjolan, berarti meri itu betina.

Pada hari ketiga anak itik mulai dilatih makan dengan memberi makanan di lantai terlabih dahulu. Lantai dialasi denan selembar karung atau koran. Hal itu dilakukan terus-menerus sampai meri terlatih untuk makan.

Ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan sampai meri berumur 10 hari, meri baru diberi minum sedikit. Selanjutnya, pada umur 40 hari atau 1 1/2 bulan makanan biasa sudah dapat  diberikan cara pencampuran dedak, jagung, dan ulat daun pisang.

Pada akhirnya masa kanak-kananknya, kira-kira setelah anak itik berumur 2 bulan, biasanya akan muncul sejenis penyakit yang ditimbulkan oleh ulah anak itik itu sendiri. Akibatnya panyakit itu dapat menyababkan kematian. Timbulnya penyakit di awali dengan tumbuhnya bulu-bulu yang berbentuk jarum.

Bulu seperti jarum itu sangat peka terhadap sentuhan. Apabila bulu itu tersentuh oleh benda lain, anak itik akan merasa sakit. Anak itik dengan tiba-tiba akan tersentak kaget dan berlari kencang. Akibatnya, anak itik itu akan menghantam ternak itik yang lainnya yang sedang keadaan serupa.

Cara yang terbaik untuk mengatasi adalah dengan menjaga agar itik tidak kaget. Kalau dapat, hindarkan keributan di sekitar kandang. Berarti kandang itik harus nyaman dan tenang.

b. Pemeliharaan itik remaja

Masa remaja itik yang digemukkan untuk dikonsumsi dagingnya merupakan masa yang penuh perhatian. Masa itu merupakan penentu keberhasilan suatu usaha penggemukan ternak itik. Itik remaja adalah itik yang berumur 2-6 bulan. Masa itu merupakan masa pertumbuhan daging.

Kalau begitu, tidak salah jika kita menggemukan itik sampai batas usia remaja ini. Itik umur 2 bulan sudah siap untuk dikonsumsi apabla dipelihara secara teratur dan benar. Penggemukan itik jantan dengan ulat daun pisang ini dibatasi sampai umur 3 bulan. Pada umur tersebut, berdasarkan petimbangan seperti pemberian pakan dan rasa dagingnya, sudah terpenuhi target yang kita inginkan.

Walaupun sudah diuraikan terdahulu mengenai pemberian pakan, berikut ini disinggung lagi pemberian pakan penggemukan itik dengan ulat daun pisang pemberian mulai umur 10 hari.
  1. umur 0-6 hari jenis pakan BRI perbadingan penuh.
  2. umur 6-10 hari jenis pakan BRI +JG + Dedak perbandingan 1:1:4.
  3. umur 10-30 hari jenis pakan JG+UDP+Dedak perbandingan 2:1:4.
  4. 30 dst jenis pakan JG+UDP+Dedak perbandingan 2:2:4.
Keterangan :
  1. BRI adalah Pakan Broiler Starter.
  2. JG adalah Jagung kuning.
  3. UDP adalah Ulat daun Pisang.
Dari hasil penggemukan itik jantan dengan pemberian ulat daun pisang selama umur 3 bulan didapatkan keuntungan lebih kurang Rp.4.500/ ekor. Keberhasilan itu tidak akan tercapai apabila hanya diperhatikan satu faktor, seperti pakan saja, tetapi harus sejalan dengan faktor-faktor yang lain.

Pemeliharaan itik masa remaja diawali dengan persiapan kandang. Kandang yang baik adalah harus memenuhi syarat sebagai berikut:
  • Jarak kandang dari rumah kediaman sekitar 10 meter.
  • Tempatnya lebih tinggi daripada keadaan sekitarnya.
  • Kadang jauh dari gangguan binatang buas.
  • Perlengkapan kandang cukup seperti, tempat pakan, tempat minum, dan kolam atau bak mandi.
Pemilihan lokasi kandang harus disesuaikan dengan jumlah ternak yang akan dipelihara. Tempat itu dapat terlindung dari pepohonan atau terbuka. Namun, lokasi kandang ternak itik tidak boleh sembarangan, seperti di dekat lapangan terbang atau di lingkungan yang sehari-hari bising.

Setelah ditemukan lokasi yang baik, hendaknya diketahui berapa luas tanah yang dibutuhkan untuk memelihara sejumlah itik tertentu. Misalnya, beberapa luas kandang yang dibutuhkan untuk itik sejumlah 600 ekor? satu ekor itik memutuhkan 0,25 m atau 50 x 50 cm. Setiap 1 m per segi dapat memuat itik 4 ekor. Hal itu berarti kalau di pelihara 600 ekor, akan dibutuhkan tanah seluas 600 : 4 = 150 m per segi.

Rumusnya = jumlah itik :4 = R
R = luas tanah yang diperlukan dalam meter per segi.

Bahan kandang hendaknya dicari bahan sederhana mungkin seperti kayu dan bambu. Namun, bahan tersebut banyak tersedia. Bentuknya pun sesederhana mungkin seperti kandang anak ayam berbentuk kotak, sedangkan kandang itik remaja berbentuk ren yang dilengkapi dengan bak mandi.

kandang itik

Setelah semua faktor terpenuhi, dalam memelihara itik untuk digemukkan, pemberian ulat daun pisang mencapai umur lebih kurang 3 bulan. Disamping kita untung, biaya produksinya tidak terlalu mahal. Selain itu, dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah berhasil. Berdasarkan pengalaman di atas, kita dapat menghemat waktu lebih kurang 1 bulan dengan keuntungan dua kali lipat dari pemeliharaan biasa (tanpa penambahan ulat daun pisang).


Sumber :Ir. N.R Dewi Sopiah Azuri dan Ir. Ramli N.S



No comments for "Manfaat daun pisang untuk ternak"