cara menanam paria

Paria yang di Jawa Tengah sering disetub pare, Jaba Barat paria, termasuk tanaman tahunan yang merambat/menjalar dengan perantara alat pilin (seperti spiral). Batangnya panjang dan kecil bila dibiarkan cabangnya banyak. Daunnya agak lebar dan menjari. Buahnya berwarna hijau dan ada juga yang berwarna putih. Jika sudah tua warnanya merah kekuning-kuningan (orange). Pada kulit buah terdapat bintil-bintil seperti jerawat yang besar-besar. Besar dan panjang buah paria tergantung jenisnya. ada yang mencapai 60 cm untuk jenis paria belut.





MANFAAT BUAH PARIA

Pada umumnya buah paria dimanfaatkan orang sebagai bahan pendamping makan nasi. Rasanya pahit sehingga dapat merangsang selera makan. Selain itu, peria memperlancar perncernaan, Daunnya dapat menurunkan demam pada balita dengan cara dibalurkan dengan bantuan air. 

Buah paria dimakan dengan dibuat sambal goreng, rendang, dilalap dengan direbus dahulu, dan dapat pula dipakai campuran bakso tahu. Dalam tubuh paria dapat menambah kesehatan karena banyak menandung vitamin A, dan vitamin C. Hampir setiap orang menyukai buah paria .

LINGKUNGAN YANG COCOK UNTUK PERTUMBUHAN PARIA

Pada umumnya tanaman paria sangat cocok ditanam di dataran rendah, tetapi dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Namun, jika ditanam di dataran tinggi, biasanya buah kecil-kecil dan kurang normal sehingga hasilnya pun kurang baik. Meskipun tanaman paria tidak memerlukan perawatan yang khusus, ada syarat-syarat yang penting agar pertumbuhannya baik. Syarat-syarat itu, antara lain, sebagai berikut.
  • Tanaman gembur banyak mengandung humus (serasah-serasah dedaunan yang sudah lapuk).
  • Derajat keasaman tanahnya (pH) antara 5 - 6. untuk mengetahuinya dapat digunakan dengan alat bantu pengukur pH tanah.
Waktu bertanam yang baik adalah pada awal musim hujan atau pada awal musim kemarau. Paria tidak menyukai tanah-tanah yang menggenang air. Paria tidak banyak memerlukan sinar matahari penuh sehingga dapat ditanam di lahan-lahan pekarangan.

JENIS-JENIS PARIA

Ada tiga jenis yang dikenal dan sudah banyak diusahakan petani, yaitu paria putih, paria hijau, dan paria belut.

a. Paria Putih


Buah bulat panjang, besar, dan berwarna putih. Pada umumnya kulitnya terdapat bintil-bintil seperti jerawat yang sangat besar. Jenis inilah yang banyak diusahakan petani dalam skala yang luas dan banyak digemari orang, karena rasanya kurang pahit.

b. Paria Hijau


Buahnya lonjong, kecil, berwarna hijau dengan bintil-bintil yang agak halus. Rasanya pahit. Jenis ini banyak dibudidayakan di pekarangan rumah, karena daunnya dapat menyembuhkan penyakit panas dan demam pada balita dengan cara dibalurkan.

c. Paria Belut


Buahnya bulat dan panjang sekali hingga dapat mencapai 60 cm. Warnanya hijau tua dan tidak berbintil-bintil. Rasanya tidak begitu pahit. Jenis ini sering dibudidayakan dalam skala yang luas. Paria bulat ini banyak sekali dibudidayakan di daerah Pulau Jawa.

Yang dianjurkan untuk dibudidayakan dalam skala besar adalah jenis paria putih, karena jenis ini banyak digemari orang dan lebih menguntungkan.

PERSYARATAN YANG DIPERLUKAN DALAM BERTANAM PARIA

a. Benih

Bentuk benih/biji paria, hampir sama dengan biji timun, tetapi bentuk lebih besar, kulitnya keras dan bergerigi. Warnanya putih, bentuknya bulat hampir persegi, dan ada lancipnya. Untuk keperluan satu hektar diperlukan benih sebanyak 10.000 benih dengan menggunakan jarak tanam antarbaris 100 cm dan dalam baris 200 cm dan dalam baris 200 cm. 

Benih yang baik, warna putih, bentuk besar-besar seragam, tidak mengandung penyakit, tidak cacat atau rusak bolong-bolong. Benih yang baik biasanya ditempatkan dalam bentuk kemasan, berupa kantong kertas dan berlebel. Biasanya dalam satu kemasan berisi lebih kurang 30 biji benih paria. Benih iu dapat dibeli di toko-toko pertanian.


b. Pupuk Kandang


Jumlah pupuk kandang untuk luas tanah satu hektar diperlukan sebanyak 10 ton, atau diberikan 1 - 2 kg per lubang tanam. Dalam bentuk karung, lebih kurang diperlukan 350 karung pupuk kandang. Pupuk kandang yang biasanya dibarikan adalah hasil sampingan usaha berternak hewan, seperti kotoran ayam, kambing, sampi, atau kerbau. Pupuk kandang yang baik adalah kotoran ayam karena ayam bukan pemakan rumput.

Kotoran ternak yang pemakan rumput biasanya banyak mengandung benih rumput. Apabila dipupukkan akan tumbuh, terutama rumput teki yang sangat sulit untuk diberantas, Pupuk kandang perlu sekali untuk dimatangkan terlebih dahulu, yaitu dipisahkan dari kandangnya selama satu bulan dan dikeringkan sampai menyerupai tanah.

c. Abu Dapur atau Arang Sekam


Abu dapur atau arang sekam sangat baik untuk dipergunakan dalam membantu penggemburan tanah, yakni dengan cara diaduk campuran dengan pupuk kandang. Untuk satu hektar diperlukan arang sekam/ abu dapur lebih kurang 5 ton atau per kg per lubang tanam.

d. Pupuk Kimia


Untuk penanaman seluas satu hektar diperlukan pupuk kimia seperti urea sebanyak 50 kg, TSP sebanyak 100 kg, dan KCL sebanyak 100 kg dengan perbandingan 1 : 2 : 2 dicampurkan dan diberikan sebanyak 15 gram (1,5 sendok makan) per tanaman. Untuk pupuk NPK dapat diberikan sebanyak 15 gram (1,5 sendok makan) per tanaman, sehingga penggunaan pupuk jenis NPK untuk satu heltar diperlukan 250 kg NPK.

e. Insektisida (racun hama)


Bibit/benih yang baru tumbuh setelah ditanam di lahan, biasanya diserang oleh hama-hama yang ada dalam tanah, seperti, ulat tanah (agrotis), anjing tanah, dan hama lainnya. Pencegahan dilakukan dengan mencampur pupuk kandang dengan insektisida furadan, yakni insektisida yang berbentuk butiran-butian yang halus berwarna biru tua. Untuk penanaman satu hektar diperlukan furadan sebanyak kurang lebih 10 - 15 kg, atau 1 sendok teh per lubang tanam. 

Tanaman ini juga sering diserang hama lalat buah. Hama tersebut menyerang pada waktu tanaman paria berbuah masih muda. Bagian buah yang terserang menguning dan buahnya menjadi busuk. serangan hama tersebut perlu dicegah dengan insektisida seperti, curacron, bayrusil, atau insektisida lainnya. Untuk penanaman satu hektar, diperlukan lebih kurang 5 liter.

f. Fungisida (racun penyakit)


Fungsida ini berupa tepung dan digunakan untuk mencegah penyakit tanaman. Fungisida yang biasa digunakan untuk mencegah serangan penyakit tanaman  paria, antara lain, adalah dithane, antracol. Untuk penanaman satu hektar perlu dipersiapkan fungisida sebanyak kurang lebih  5 kg.

g. Bambu/ Cabang-Cabang Pohon Keras


Untuk pembuatan para-para tempat menopang tanaman, perlu dipersiapkan bumbu, atau cabang-cabang dari pohon keras yang lurus dan kuat untuk menopang tanaman paria selama pertumbuhannya sampai berproduksi. Bahan yang baik adalah bambu yang sudah tua. Dengan itu, tanaman tidak ambruk dan bekasnya dapat dipergunakan lagi untuk ajir penanaman tanaman yang merambat. Untuk pertanaman dengan luas satu hektar, diperlukan bambu lebih kurang 600 batang yang panjangnya 6 m, dan diameter 5 - 8 cm.


h. Bahan Pengikat (Tali)

Bahan tali ini dapat terbuat dari apa saja, kawat, tali bambu, tali rafia, atau bahan lainnya yang dapat digunakan untuk tali pengikat para-para agak tegak dan kokok, tidak ambruk apabila diterpa angin kencang. Tali yang kuat untuk mengikat para-para adalah kawat, tetapi harganya agak mahal.

i. Kantong Plastik/ Polybag


Bahan ini digunakan apabila penanaman dilakukan pesemaian terlebih dahulu/ bijinya tidak ditanam langsung di lahan pertanaman. Kantong plastik (polybag) yang digunakan biasanya berukuran lebar 7-10 cm dan panjang 10-12 cm. Untuk penghemat biaya tempat sesemaian ini, bisa dibuat dari bahan daun pisang dengan bantuan lidi yang ditanjamkan atau alat hekter. Untuk pesemaian seluas satu hektar diperlukan kantong plastik sebanyak 10.000 buah atau 8 kg.

Baca juga : cara tanaman cepat berbuah

ALAT-ALAT YANG PERLU DIPERSIAPKAN DALAM BUDIDAYA PARIA

a. Sekop Kecil


Alat ini dipersiapkan apabila penanaman dilakukan dengan cara membuat pesemaian terlebih dahulu. Fungsinya adalah untuk penyediaan sarana pesemaian (campuran tanah dan pupuk kandang halus) ke dalam polybag (kantong plastik). jika sekop tidak ada dapat dilakukan dengan tangan langsung.

b. Sabit


Alat ini dipersiapkan untuk melakukan pembersihan rumput sebelum pengolahan tanah atau dalam pembukaan lahan baru. Sabit juga dipergunakan untuk penyaringan rumput-rumput pada pematang atau guludan, jumlahnya tergantung tenaga kerja yang akan diperbantukan.

c. Golok

Alat ini dipersiapkan untuk pembuatan  para-para, pemotongan akar-akar besar dalam pembukaan lahan baru, dan banyak lagi kegunaannya.

d. Cangkul


Alat ini bentuknya hampir seperti cangkul hanya saja ukurannya labih kecil. Alat ini dipergunakan dalam penyiangan, pendangiran, dan banyak lagi kegunaannya.

e. Tang/Kakatua


Alat ini dipersiapkan apabila bahan pengikat para-para menggunakan tali dari kawat. Dengan para-para menggunakan tali dari kawat. Dengan penggunaan alat tang ini, pengikatan akan lebih kuat sehingga para-para akan lebih kokoh tegak.

f. Garpu


Alat garpu ini digunakan untuk mengolah tanah-tanah yang keras dan banyak batunya. Banyaknya alat ini tergantung jenis lahan dan banyaknya tangga kerja yang akan diperbantukan.

g. Cangkul


Alat ini digunakan untuk melakukan pengolahan tanah jika ada alat mesin traktor. Pengolahan tanah seperti membalikan tanah (bajak), menggemburkan tanah (rotari/garu), membuat bedeng, dan membuat saluran-saluran pengairan/ parit, lebih digunakan alat ini, sebagai pengganti mesin traktor. Untuk mengolah tanah seluas satu hektar perlu dipersiapkan cangkul sebanyak kurang lebih 20 buah.

h. Linggis


Alat ini perlu dipersiapkan untuk menggali batu-batu yang besar. Dengan alat ini batu-batu besar dapat dibongkar dan dipindahkan. Biasa linggis banyak digunakan pembukaan lahan-lahan baru yang berbatu-batu, dan banyak akar-akar pohon besar. Alat ini juga dipakai untuk membuat lubang-lubang tiang para-para.

i. Garpu Cangkul


Garpu cangkul biasa digunakan untuk meratakan bedeng, membuang batu-batuan, rumput-rumput yang berduri yang sudah dibabat, menaikkan rumput-rumput ke gerobak sampah, menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah, dan mendangir tanaman.

j. Sekop Besar


Alat ini digunakan untuk mencampur pupuk kandang, menaikkan pupuk/tanah. Alat ini berbentuk segi empat. Ada juga yang bagian ujungnya agak lonjong.

k. Gembor


Alat ini biasanya digunakan untuk menyiram pesemaian dan penyiraman setelah tanaman apabila tidak turun hujan. Dengan menggunakan alat ini penyiraman dapat diberikan secara halus (berbentuk percikan) sehingga tanah di sekitar juga menyiram lebih merata.

l. Hand Sprayer (Penyemprotan)


Alat ini digunakan untuk menyemprotkan hama dan penyakit atau untuk memberikan pupuk daun secara disemprotkan. Alat ini ada yang digunakan besar yaitu berisi lebih kurang 14 liter yang disebut hand sprayer knapsack dan ada yang berukuran kecil biasanya digunakan dalam pemeliharaan pesemaian ukurannya berisi 1/2 - 1 liter.

m. Kereta Dorong


Alat ini dapat dibuat secara sederhana dengan menggunakan seng/kayu tripleks dan kerangka kayu atau pipa besi ledeng atau junion. Alat ini dirancang dengan bantuan baut/paku atau dilas. Rodanya dapat dimanfaatkan bekas-bekas ban sepeda kecil. Asnya harus terbuat dari pipa besi. Alat ini digunakan untuk pengakutan bahan pupuk, hasil panen, dan bahan lainnya.

LANGKAH KERJA DALAM BERCOCOK TANAM PARIA

Setelah kita mengenal dan mengetahui manfaatnya, berapa derajat keasamannya (pH) tanahnya, 1. pilihlah jenis paria yang akan diusahakan (perlu melihat jenis mana yang banyak laku di pasaran, 2. tentukan berapa luas lahan yang akan dibudayakan, 3. tentukan berapa biaya yang perlu dibutuhkan, 4. tentukan waktu penanamannya, dan siapkan bahan-bahan serta alat-alat yang dibutuhkan dalam bercocok tanam paria.

Langkah-langkah kerja selanjutnya adalah sebagai berikut.
  • Lakukan pembabatan, apabila lahan yang akan diusahakan banyak rumput yang tumbuh.
  • Ukuran lahan yang akan diusahakan berapa luasannya, sehingga dapat memperkirakan beberapa sarana produksi dan tenaga kerja yang perlu untuk dipersiapkan.
  • Persiapkan lahan dengan melakukan 1. pengolahan lahan (dibajak atau dicangkul, 2. penggemburan tanah dengan cangkul, 3. penentuan lebar bedengan dan jarak tanamnya dengan cara membuat lubang tanam, 4. memasukkan pupuk kandang dan furadan pada setiap lubang tanam dan diaduk dengan tanah.
  • Buatlah naungan pesemaian dan siapkan polybag (kantong plastik). Saringlah pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1 : 1. Masukan dalam polybag lalu simpan di dalam naungan tadi. Masukkan biji/benih pada media di dalam polybag.
  • Masukkan benih ke lubang tanam, lalu tutup tipis-tipis dengan tanah 1 - 2 cm. Apabila dilakukan pesemaian seperti di atas, tanaman bibit dari pesemaian tadi, dengan cara membuat lubang sedalam dan sebesar polybag lalu masukan bibit dan tutup sebatas pangkal batang/akar bibit.
  • Lakukan pemeliharaan tanaman seperti, menyiram, memupuk, menyiang, menyemprot hama dan penyakit, membuat para-para, memangkas, mendangir/membumbun, membuat saluran pengairan, dan membungkus buah paria.
  • Lakukan pengunjungan kepasar (tengkulak, pasar induk, pasar swalayan atau super market) untuk melakukan penawaran.
  • Lakukan pemanenan.
  • Penjualan.


PERSIAPAN LAHAN PENANAMAN

A. Pembabatan

Apabila lahan yang akan diusahakan sebanyak tumbuh rumput atau tanaman lainnya yang tidak diinginkan, lakukan pembabatan untuk memudahkan pengolahan tanah dan pemberantasan hama dan penyakit yang bersarang dirumput-rumput tersebut. Buatlah lubang-lubang pembuangan rumput supaya rumput tersebut membusuk dan menjadi humus untuk membuat kompos yang dicampur dengan pupuk kandang dan kapur. Dalam pembabatan ini, dapat digunaka alat sabit, golok, cangkul, dan alat alinnya.

B. Pengukura Luas Lahan

Tancapkan ajir diujung/dipojok lahan dan ikatkan tali rafia/tambang dan tarik secara lurus. Tentukan ujung pojok. Dengan cara yang sama, lakukan pengukuran lebarnya sampai mendapatkan luas dalam m2 yang dicirikan dengan empat penjuru. Meskipun lahannya tidak segi empat atau bujur sangkar, dapat diperkirakan berapa luasnya dengan menambahkan sisanya di luar.

C. Pengolahan Lahan ke-1 (Bajak)

Pada pengolahan tanah ke 1 ini yaitu menggali tanah dengan bajak piring traktor atau menggali dengan cangkul sampai kedalaman 20-30 cm lalu diangkat dan dibalikkan dan seterusnya sampai semua luasan yang akan ditanami terolah secara merata. Pengolahan tanah ke 1 ini dilakukan satu bulan sebelum penanaman. Hal ini dimaksudkan untuk membuang racun atau gas yang ada di dalam tanah yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

D. Pengolahan Tanah ke 2 (Rotari)

Dalam pengolahan tanah ke 2 ini adalah menghancurkan bongkahan tanah yang telah dibajak tadi dengan menggunakan rotari atau cangkul sehingga tanah menjadi rata, gembur, dan halus. Penggemburan tanah ini bertujuan untuk memberikan keleluasaan tumbuhnya akar tanaman di dalam tanah dan memudahkan akar menghisap sari makanan dari dalam tanah. Setelah itu, akar dapat bernapas dengan baik. Pengolahan tanah ke 2 ini dilakukan satu minggu setelah pembajakan.

E. Membuat Bedeng

Pergunakanlah ajir dan tali/tambang untuk mengukur/menentukan lebar bedengan. Lebar bedeng untuk tanaman paria 120 cm dan panjangnya tergantung panjang lahan, asalkan nantinya memudahkan dalam pemeliharaan tanaman. Jarak antar bedengan 80 cm. Arah bedeng yang bagus adalah utara selatan. Cangkullah tanah dari batas bedengan tadi (yang berjarak 80 cm tadi), lalu naikkan ke atas luas bedeng sehingga nantinya akan berbentuk parit dan juga berfungsi sebagai jalan lalu lalang orang dalam melakukan pemeliharaan dan pemanenan. pembuatan bedeng ini dimaksudkan agar udara disekitar akar tanaman tidak tergenang air, kerena hal itu akan mendatangkan penyakit pada akar.

F. Membuat Jarak dan Lubang Tanam

Pergunakanlah alat meteran. Lalu ukur dari tepian bedeng 10 cm. Beri tanda dengan ajir. Dari ajir tersebut ukur sepanjang 100 cm dan tandai juga dengan ajir, Ukuran tersebut akan merupakan jarak antarbaris dalam bedeng. Dari ajir yang dipasang pertama tadi diukur juga memanjang bedeng sepanjang 200 cm dan seterusnya dilakukan pada setiap bedeng. Ukuran ini akan merupakan jalan dalam baris tanaman. Dengan demikian, setiap bedengan terdapat dua baris tanaman. Pada titik yang ditandai ajir setiap bedengan terdapat dua baris tanaman. Pada titik yang ditandai ajir tadi, dibuat lubang tanam dengan cangkul sebanyak 2 sampai 3 cangkulan.

G. Pemberian Pupuk Kandang dan Abu Dapur/Arang Sekam

Campurkan pupuk kandang dan abu dapur/arang sekam diaduk dengan cangkul sampai merata. Masukan ke dalam lubang tanam masing-masing sebanyak 2 kg. Taburkan furadan sebanyak 1 sendok teh masing-masing pada setiap lubang tanam. Selanjutnya, aduklah ketiga macam tersebut pada lubang tanam yang dicampur tanah hasil penggalian tadi atau tanah disekitar lubang sehingga pada lubang akan terisi campuran ; pupuk kandang, abu, furadan, dan tanah. Maka bagian tersebut sudah siaplah untuk ditanami.


PESEMAIAN

Alasan pesemaian untuk :

1. Menghemat benih karena benih paria termasuk mahal,
2. Mendapatkan bibit yang seragam,
3. Memudahkan pemeliharaan selama satu bulan, yaitu mulai dari benih sampai tumbuh bibit siap tanam.
4. Mempercepat pertumbuhan.

Jika dilakukan pesemaian, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
  • Tanah di dekat pertanaman yang jauh dari gangguan ayam atau hewan lainnya yang akan merusak tempat pesemaian dibersihkan dari rumput-rumput liar dan bebatuan. Ratakan dengan cangkul.
  • Ukuran bedengan dibuat setinggi 20 cm lebar 1,20 dan panjang 3-5.
  • Bedengan membujur dari arah utara ke selatan.
  • Pada tepi petak (bedengan) hendaknya diperkuat dengan bambu atau papan. Buatlah atap pelindung/naungan terhadap hujan dan terik sinar matahari dengan menggunakan daun kelapa atau bahan lain. Dengan demikian, tanaman yang masih muda tidak rusak akibat air hujan atau tidak terbakar akibat terik sinar matahari. Ukuran tinggi atap sebalah timur 120 cm dan sebelah barat 90 cm sehingga sinar matahari pagi yang sangat berfaedah itu bisa dimanfaatkan.
Setelah selesai pekerjaan di atas tadi, langkah selanjutnya ialah sebagai berikut :
  • Siapkan polybag yang berukuran lebar 7-10 cm dan tinggi 12 cm lubangi bawahnya. Jika tidak ada polybag, daun pisang bisa dimanfaatkan dengan cara menyobek daun pisang selebar 10-12 cm lalu lingkarkan dengan diameter 5-7 cm lalu dihekter atau ditusuk dengan potongan lidi 3 cm dan ujungnya tajam.
  • Beri lubang pada polybag tadi untuk membuang air penyiraman agar tidak menggenang dalam polybag.
  • Aduk campuran tanah halus dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 atau 3 m2 (36 karung) pupuk kandang dengan 3 m2 tanah sampai merata lalu sering dengan pengayak.
  • Masukkan campuran tersebut ke dalam polybag atau daun pisang tadi sebanyak 3/4 bagian. Beri lubang sebesar pensil dengan kedalaman 1,5 cm, sebelum disiram terlebih dahulu. 
  • Masukan biji/benih paria pada lubang tersebut lalu tutup dengan tanah dan langsung disiram.
  • Simpan secara teratur polybag tersebut pada bedeng yang telah diberi naungan tadi.
  • Peliharalah pesemaian tersebut dengan penyiraman, penyemprotan fungisida dan insektisida selama umur pesemaian sampai siap tanam, yaitu 20-30 hari.
Pesemaian dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah, yaitu satu bulan sebelum waktu tanam. Setelah selesai mempersiapkan lahan bibit sudah siap ditanamkan. Peliharalah bibit ini dengan penyiraman, penyemprotan, dan lain-lain sampai siap tanam 25-30 hari.

Catatan : Pengisian media pada daun pisang, daun pesangnya sudah ada di tempat pesemaian hingga pada waktu diisi media tidak jatuh ke bawah.


PENANAMAN


  • Apabila benih langsung ditanam (tidak disemai dahulu). Isilah setiap lubang tanam 2-3 benih paria lalu ditutup dengan tanah tipis-tipis 1/2 - 1 cm.
  • Apabila benih disemai dahulu (dibibitkan). Angkutlah bibit-bibit yang sehat dan seragam dari tempat pesemaian ke tempat lahan penanaman, lalu disiram secukupnya dengan gembor. Buatlah lubang tanam sebesar polybag pada lubang tanam yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Apabila bibit tadi lalu pijat secara hati-hati sampai terpisah antara media dan polybagnya. Balikkan pelan-pelan sampai media dan tanamannya terlepas dari polybag tadi. Apabila menggunakan daun pisangnya. Tekan sedikit agar terjadi kontak antara media semai dengan tanah yang ada pada lubang tanam.
a. Bibit berumur 20-30 hari
b. Bibit disiram
c. Kantong bibit dipijat secara hati-hati
d. Bibit dibalikkan kantongnya ditarik pelan-pelan sehingga medianya tidak terbawa ke kantong.
e. Bibit dan media terpisah dari kantongnya
f. Bibit ditanamkan



PEMELIHARAAN

 A. Penyiraman

Lakukanlah segera penyiraman setelah melakukan penanaman apabila tidak turun hujan. Untuk menjaga erosi tanah di sekitar benih/bibit, penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Apabila tidak ada hujan, penyiraman harus dilakukan secara terus-menerus, terutama pada tanaman yang sudah mulai berbunga. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali. Penyiraman yang baik dilakukan pada sore hari.

B. Pemupukan

Pemupukan dapat diberikan 1 bulan setelah waktu penanaman, yakni pupuk buatan yang berupa campuran, TSP, dan KCI dengan perbandingan 1 : 2 : 2 sebanyak 15 gram (1,5 sendok makan) per tanaman, atau 50 kg urea, 100 kg TSP, dan 100 KCI per hektar. Pupuk buatan ini diletakkan 15 cm dari tanaman secara melingkar.

C. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan cara membuang rumput-rumput pengganggu di sekitar tanaman. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, penyiangan dilakukan terhadap seluruh areal pertanaman. Penyiangan dilakukan pada umur tanaman 4 minggu setelah waktu penanaman. Untuk melakukan penyiangan ini, biasanya di gunakan alat kored/cungkil dan sabit. Untuk jenis rumput teki lebih baik dicabut dengan umbinya. Apabila tanaman sudah berbunga dan rumputnya rimbun lagi, perlu dilakukan penyiangan kedua, tetapi harus berhati-hati supaya tidak mengganggu akar tanaman karena kalau terganggu akan menggugurkan bunga.

D. Penimbunan

Penimbunan biasanya dilakukan setelah tanaman berumur satu bulan atau setelah melakukan penyiangan dan pemupukan, yaitu dengan cara menimbunkan tanah lebih tinggi lagi di sekitas atas akar tanaman paria. Parit-parit diperdalam dan tanahnya dinaikkan ke atas bedeng dengan menggunakan cangkul sehingga bedeng akan bertambah tinggi permukaanya. dan tanaman akan tumbuh lebih subur.

E. Pembuatan Para-Para

Untuk mendapatkan buah paria yang baik, perlu dibuatkan para-para untuk tumbuh menjalarnya batang-batang paria di atas para-para tersebut. Para-para dapat dibuat dari bahan bambu dengan tinggi  tiang 1,5 m dan lebar 1 m, sedangkan panjangnya tergantung luas lahan.

a. Tiang para-para dari bambu
b. Palang memanjang bambu dibelah dua
c. Palang melebar bambu dibelah dua
d. Palang diikat pada tiang dengan kawat
e. Para-para dibuat dari bambu dibelah 4-6
f. Tanaman dililitkan/dirambatkan pada tiang dengan tali
g. Jarak antar tiang 100 cm

F. Pencegahan dan Pemberantasan Hama dan Penyakit Tanaman

Bibit tanaman paria yang baru ditanam 1-7 hari, biasanya sering diserang ulat tanah dan hama lainnya yang hidup di dalam tanah. Biasanya daun dan batangnya terpotong-potong dan mati. Untuk mencegah serangan hama tersebut, di setiap lubang tanam diberikan insektisida (racun hama) furadan sebanyak 1 sendok teh per lubang tanam, yang diberikan sebelum melakukan penanaman. Jika sudah dewasa, tanaman paria sering diserang ulat dan lalat buah. 

Maka pencegahan dan pemberantasannya disemprot dengan insektisida, curacron atau bayrusil. Racun tersebut disemprotkan dengan alat semprot hand sprayer knapsack dapat dibeli di toko-toko pertanian setempat. Racun tersebut sebelumnya perlu diencerkan terlebih dahulu dengan air, yaitu 2 ml (1 sendok teh) racun hama dilarutkan ke dalam 1 liter air bersih. Untuk keperluan lebih banyak larutannya, tinggal mengalikan saja. Jika racunnya sebanyak 28 ml (14 sendok teh), perlu dilarutkan ke dalam air sebanyak 14 liter.

Meskipun tanaman paria jarang sekali terserang penyakit, perlu juga dilakukan pencegahan dengan fungisida curacron atau dithane, atau yang lainnya. Dengan cara yang sama, racun ini perlu diencerkan terlebih dahulu, yaitu 2 gram racun (1 sendok teh) diencerkan ke dalam 1 liter air dan disemprotkan pada tanaman. Racun tersebut disemprotkan setiap 1-2 kali seminggu.

Jika buah paria masih juga diserang lalat buah, pencegahan dilakukan dengan cara membungkus buah paria dengan kantong kertas atau plastik yang berlubang kecil di bawahnya. Besarnya kantong tersebut disesuaikan dengan bersar buah paria sehingga tidak akan membatasi pembesaran buah.

G. Pemangkasan

Agar tanaman paria tidak terlalu rimbun dan terlalu banyak buahnya yang kecil-kecil, pemangkasan pada cabang-cabang paria perlu dilakukan, sehingga hanya 5-7 cabang paria yang utama yang disisihkan agar buahnya besar-besar. Pemangkasan dilakukan pada cabang-cabang yang belum berbuah dan masih pendek.


PEMANENAN

Buah paria dapat dipanen atau dipungut buah-buahnya setelah tanaman berumur 3 bulan setelah waktu malam. Buah pertama dapat dipungut. Memungut buah paria jangan sampai terlambat karena buahnya tidak enak dimakan. Buah yang siap dipanen biasanya masih berwarna hijau ke putihan dan besar-besar. Tanaman yang baik dan tumbuh subur dapat menghasilkan buah sebanyak 30 buah atau 4-5 kg per tanaman.


Sumber : Ir. Iwan Suwarman, S.W



No comments for "cara menanam paria"